Kamis, 27 Agustus 2009


Nama Lengkap : BONDAN PRAKOSO
Nama Panggilan : MR B
TTL : 8/MEI/1984
Anak ke : 2 dari 3 bersaudara
Nama Ibu : Lili Yulianingsih
Nama Bapak : Sisco Batara
Agama : Islam
Pendidikan : Lulusan D3 Sastra Belanda UI
Pekerjaan : Musisi, Produser
Hobby : Musik, Membaca, Menonton Film
Musisi/Band Favorit : Les Claypool (Primus), Muse, Dave Mathews Band
Referensi Buku : Huru Hara Kiamat, Jangan Bersedih, Chicken Soup
Makanan Favorit : Chicken Teriyaki, Nasi Goreng Hati/Pete.
Minuman Favorit : Air Mineral

Senin, 04 Mei 2009


Andra

Andra "Ramadhan" Junaidi (lahir 17 Juni 1972; umur 36 tahun) adalah gitaris grup band Dewa 19. Tinggi badannya adalah 172 cm. Selain itu ia juga memiliki grup band yang cukup terkenal yaitu Andra & The Backbone.


Aria Baron Suprayogi (lahir di Bandung, 16 Januari 1970; umur 39 tahun) adalah gitaris Indonesia. Nama Baron tenar sebagai salah satu pendiri grup musik Gigi. Baron keluar dari Gigi pada September 1995. Kini, Baron mendirikan grup band baru Baron Soulmate bersama vokalis Ary dan drummer Jimmy।

Perjalanan karir

Baron belajar alat musik dimulai dengan piano klasik kemudian saat usia 12 tahun pindah ke gitar akustik di YMI. Sayang, Baron keluar dari sekolah musik karena tak nyaman dengan kedisiplinan di sana. Baron pun sempat belajar drum, namun akhirnya kembali ke gitar dan mengikuti kursus gitar jazz. Saat duduk di bangku kelas 1 SMA, Baron belajar pada Donny Suhendra, Harry Roesli, dan Pra Budi Dharma. Hasilnya tak sia-sia, dia meraih gelar gitaris terbaik selama tiga tahun berturut-turut (1986-1988) dari ajang LMC(Light Music Contest)Yamaha.

Saat kuliah di perguruan tinggi di Bandung, Baron sempat ke Australia dengan niat untuk sekolah musik di Australian Guitar of Institute atas saran Joe Satriani. Namun ia diusir karena membawa gitar elektrik.

Sekembalinya ke Indonesia, Baron membentuk grup band bersama Andi, Iwan, Abi, dan Ade. Baron terpaksa mundur kala ia telah selesai kuliah dan memutuskan hijrah ke Jakarta. Grup band tersebut akhirnya menjadi grup band rock yang sekarang dikenal dengan nama /rif.

Di Jakarta, Baron membentuk Gigi bersama Armand, Budjana, Ronald, dan Thomas. Namun Baron hanya sempat merilis 2 album Angan (1994) yang terjual 100.000 kopi, serta Dunia (1995) terjual 400.000 kopi. Bulan September 1995, Baron memutuskan keluar dari Gigi karena ingin melanjutkan sekolah di Communication Arts, di New York Institute of Technology, Amerika.

Tak lama setelah kembali lagi ke Indonesia usai menyelesaikan pendidikan pasca sarjanannya, Baron kembali nge-band. Bersama Eel (mantan drummer ADA Band) dan Adi Dharmawan, basis Donny Suhendra, Baron membentuk NO! Band.

NO! Band kemudian berubah menjadi Baron Band, tentu saja dengan perubahan formasi. Baron Band digawangi oleh Baron (gitar), Arry Safriadi (vokal), Adi Dharmawan (bass), Aksan Sjuman (additional drum untuk album). Mereka pun merilis Baron Volume 01 pada tahun 2002 di bawah label BMG Music Indonesia. Untuk penampilan live, Baron merekrut Krisna (kibor) dan Iyun (drum) - keduanya personel Discus - untuk memperkuat performa Baron Band.

Tahun 2008, Baron kembali meramaikan musik tanah air dengan merilis album Flying High pada Agustus 2008. Album ini dirilis oleh Baron Soulmate yang dibentuk Baron bersama vokalis Ary dan drummer Jimmy.

Diskografi

  • Angan (1994) - bersama Gigi
  • Dunia (1995) - bersama Gigi
  • Baron Volume 01 (2002) - bersama NO! Band
  • Flying High (2008) - bersama Baron Soulmate


Mellyana Goeslaw Hoed, lebih akrab dengan panggilan Melly Goeslaw (lahir 7 Januari 1974; umur 35 tahun) adalah seorang penyanyi dan penulis lagu berkebangsaan Indonesia yang banyak digandrungi oleh penyanyi-penyanyi lainnya, Putri tunggal dari pasangan Ersi Sukaesih dan (Alm) Melky Goeslaw serta istri dari Anto Hoed ini telah sukses menciptakan banyak lagu, diantaranya lagu berjudul "Jika" di mana Melly Goeslaw yang beragama Islam ini berduet bersama Ari Lasso, kemudian disusul dengan kesuksesannya menciptakan lagu “Menghitung Hari” yang dibawakan oleh Krisdayanti serta lagu “Hati Yang Terpilih” yang dibawakan oleh Rossa, dan langsung mendapat sambutan hangat dari masyarakat. Selain itu bersama suaminya dia mendirikan grup mussik Potret
अल्बोएम

Kamis, 30 April 2009


Cynthia Dewi Bayu Wardhani atau yang lebih dikenal dengan Dewiq (lahir di Makassar, 15 Juni 1975; umur 33 tahun) adalah musikus dan penyanyi Indonesia. Lagu-lagu ciptaan Dewiq lebih terkenal dibanding dengan penciptanya. Bahkan kebanyakan orang tidak akan menyangka jika lagu tersebut adalah ciptaannya, karena Dewiq menciptakan lagu dalam berbagai jenis aliran musik meskipun dia sendiri lebih menyukai musik blues. Dewiq adalah istri Pay, gitaris grup musik BIP.

Bungsu dua bersaudara pasangan Bambang Yulianto dan Myrna Amy Nigell (Belanda) ini sejak kecil menyukai musik. Saat SMP, dirinya belajar bermain gitar, dan belajar drum saat SMU. Ketika kuliah di Sastra Inggris STIBA Bandung ia membentuk grup band Red Rose yang khusus memainkan musik Extreme, Mr Big, dan Led Zeppelin. Sayangnya, karena terlalu asyik di band dan mengikuti berbagai festival musik, kuliahnya terbengkalai dan hanya sampai semester empat.

Dewiq yang sempat menjadi drumer di band Apple Garden dan Red Rose ini mendapat kesempatan rekaman album saat pemain bass U camp mendengarnya bernyanyi saat latihan. Dewiq yang kala itu menjadi drumer band U Camp versi cewek digaet Union Artist untuk rekaman dan merilis album Weeq (1996). Album tersebut laku sampai 30 ribu keping. Album keduanya Apa Adanya (1999) direkam di bawah bendera perusahaan rekaman Metro. Sedangkan album ketiga, Hanya Manusia Biasa (2001) direkam di perusahaan rekaman Universal Music.

Usai album ketiga, Dewiq memutuskan mundur dari panggung menyanyi. Dia memilih di belakang layar dengan menjadi pencipta lagu. Lagu ciptaan Dewiq, "Dunia Belum Berakhir" yang dinyanyikan Shaden mampu mempopulerkan grup musik itu. Dewiq pun banyak mendapat permintaan membuatkan lagu. Bahkan pada SCTV Musik Award 2008, Dewiq meraih penghargaan penghargaan khusus Hits Maker Terfavorit.[1]

Pay Siburian (Pematang Siantar, Sumatera Utara, 2 Mei 1970) adalah salah seorang musikus Indonesia. Ia adalah anggota band rock BIP yang telah mengedarkan 2 album yakni "Turun dari langit" dan "Min Plus". Pay juga terpilih sebagai salah satu gitaris yang tampil di album Gitar Klinik dan jam session bersama Andy Timmons di Hard Rock Cafe Jakarta.

Pay merupakan mantan anggota Slank. Pay masuk Slank pada tahun 1989. Di masa itu Pay kenal dengan beberapa produser dan coba-coba menawarkan demonya Slank, akhirnya ketemu dan Slank diambil. Tahun 1990 Slank mulai rekaman, dengan personil yang terdiri dari Pay, Bimbim, Bongky, Indra dan Kaka.

Pay menikah dengan Cynthia Dewi Bayu Wardhani atau yang lebih dikenal dengan Dewiq, seorang penyanyi yang juga pencipta lagu.

Mohammad Ridwan Hafiedz atau Ridho (lahir 3 September, 1973, Ambon, Indonesia) adalah gitaris, vokal pendukung, dan penulis lagu Indonesia. Ia adalah gitaris Slank dan vokal pendukung dengan gitaris lainnya, Abdee Negara. Dengan Slank, Ridho telah membuat 9 album studio dan 3 album live, dan satu album kompilasi yang dirilis Mei 2006.

Ridho lahir dan besar dalam keluarga Islam di Ambon. Dia bermain gitar sejak berusia 7 tahun. Karier profesionalnya mulai saat membentuk grup musik LFM di tahun 1991. Setelah menyelesaikan pendidikan formalnya, Ridho pergi ke Hollywood, Amerika Serikat untuk belajar musik di Musician Institute untuk mengasah bakatnya.

Pada tahun 1996, tiga dari lima anggota Slank mengundurkan diri. Alasan pengunduran diri mereka terkait masalah kecanduan narkoba yang dialami oleh sang drumer, Bim-Bim dan vokalis, Kaka. Meski demikian, Slank kemudian menambah 3 anggota baru (Abdee, Iva, dan Ridho), untuk ‘menghidupkan’ kembali Slank. Sejak bergabung dengan Slank, Ridho telah membuat 9 album studio dan 3 album live, dan satu album kompilasi yang dirilis Mei 2006.

Tak hanya sibuk di Slank, Ridho juga memimpin klinik gitar dan mengajar. Pada tahun 2007, tanpa membawa nama Slank, Ridho dan Ipang dari BIP mengerjakan scoring dan soundtrack film Tentang Cinta(2007).[1]

Ridho menikah dengan Ony Serojawati pada tanggal 25 Agustus 2001.[2] Dari pernikahan ini, mereka telah dikaruniai tiga orang anak, Marco Maliq Hafiedz, Omar Hakeem Hafiedz, dan Stella Aisha Hafiedz (lahir 15 Juni 2006)[3]

Karir musik :

  • 1991:membentuk LFM
  • 1995:sekolah musik di Institute Musician, Hollywood
  • 1997: bergabung dengan Slank sampai sekarang

Profil

  • Nama lengkap:Mohammad Ridwan Hafiedz
  • Panggilan: Ridho
  • Agama: Islam
  • Tinggi: 173 cm
  • Hobi: sepakbola
  • Idola: Jimi Hendrix dan Beatles
  • Instrumen: gitar
  • Jenis gitar:Marlique
  • Belajar musik: pertama kali bermain band waktu kelas 1 SMP
  • Label:Slank Records
  • Jenis musik: rock dan blues

"Sebenarnya sudah lama aku ngemsi (MC, red), terhitung sejak siaran radio tahun 2001 lalu di Bandung. Tapi karena kebentur sama jadwalku bareng Laluna, jadi ya, nggak gimana-gimana ngemsinya," jelas Manik, vokalis Laluna, saat sedang menjadi MC di acara Kemah Cinta Air Coca Cola, di Gunung Geulis Golf & Resort, Ciawi, Bogor, Jawa Barat, Minggu (22/3) siang.

Kini, kesibukan Manik yang hanya siaran radio di Hard Rock FM Bandung dan persiapan album Laluna berikutnya, membuatnya memiliki waktu yang lumayan tak terlalu padat. "Iya. Laluna kan belum jalan dan masih persiapan, jadi waktuku lumayan longgar. Paling siaran radio aja di Hard Rock Bandung. Makanya, sekarang aku lebih banyak ambil job ngemsi. Buktinya, ya sekarang ini," ujar Manik.

Apa yang dikatakan Manik benar adanya. Soalnya, Manik bisa ambil job MC di acara Kemah Cinta Air Coca Cola, selama 2 hari,yang jatuh dihari Sabtu dan Minggu di Gunung Geulis Golf & Resort, Ciawi, Bogor. "Secara Bogor nggak terlalu jauh, ya, aku mau ambil job MC ini Lagipula acaranya bagus karena menyangkut kepedulian air dan lingkungan. Kebetulan juga waktunya luang. Aku kesini, sekelarnya manggung, loh," tutup Manik.[aji]

Jumat, 27 Maret 2009

join: talking about something

join: talking about something

Kamis, 05 Maret 2009

Prisa Adinda Arini Rianzi


Nama Lengkap: Prisa Adinda Arini Rianzi
Nick Di Forumnya para Gitaris : TheCuteDeviL
Tempat/Tgl Lahir : Jakarta / 6 Januari 1988
Pekerjaan : Musisi
Tempat Tinggal Sekarang : Jakarta
Gitar : Jackson DKMG Arch Top, Jackson USA Randy Rhoads RR1, Fender USA Telecaster Flathead Custom Shop, Martin & Co X series & Fender Strat Eric Clapton
Efek : Line 6 PODXTLive, Tonebone Hot British, Ibanez Tube Screamer 808
Ampli : Roland Cube 30
Group Band Saat ini : -
Pengalaman Band : Dead Squad, Zala
Pengaruh Musikal : Slayer, John Mayer, As I Lay Dying
Style Permainan : Metal, Pop
Teknik Favorit : Power Chord
Gitaris Favorit : Mick Thompson, Steve Vai,Eet Sjahranie
Band Favorit : God Forbid, Trivium, As I Lay Dying, Killswitch Engage, Shadows Fall, Megadeth, Slayer, Unearth, Lamb of God, The Black Dahlia Murder,
Album Favorit : Frail Words Collaps (As I Lay Dying), Ascendency (Trivium), Unhallowed (The Black Dahlia Murder), Gone forever (God Forbid), the end of heartache (Killswitch Engage), The Subliminal Verses (Slipknot), Ashes Of The Wake (Lamb Of God), The War Within (Shadows Fall), Waking The Fallen (Avanged Sevenfolds), The Uncoming Storm (Unearth)
Lagu Yang Pertama Dipelajari : Anugerah Terindah (Sheila On 7)

Prisa pertama kali belajar gitar karena kebetulan. Sewaktu masih SMP, Prisa tinggal di asrama kemudian iseng maenin gitar punya temannya. Gara-gara dimarahin sama yang punya gitar, akhirnya Prisa bertekad balas dendam dengan ikut ekskul gitar. Akhirnya Prisa dan temannya ikut ekskul barengan sambil balapan siapa yang nantinya lebih jago.

Tahun 2005 sampai pertengahan tahun 2006 nama Prisa cukup dikenal di scene underground bersama band metalnya, Zala. Band ini cukup menyita perhatian lantaran isi personelnya cewek semua. Tapi tidak hanya sekedar menjual image saja, skill mereka juga tidak kalah sama band-band cowok. Tahun 2006 bisa dibilang sebagai tahun emasnya Prisa dimana karirnya baik secara pribadi maupun kelompok makin sukses. Secara pribadi, ia terpilih menjadi model untuk portal gitar pertama di Indonesia, Gitaris.com. Ia juga sering disebut sebagai Miss Gitaris.com karena selalu menjadi wakil Gitaris.com di berbagai event dan media. Bersama bandnya, Zala, ia beberapa kali tampil di event metal underground bahkan sampai Java Jazz 2006.

Bulan Juni 2006 kemudian Prisa tergabung dalam band baru bernama Dead Squad. Di band ini ia berpasangan dengan salah satu gitaris dari keluarga Item yang juga merupakan personel Andra & The Backbone, Stevie Item. Kemudian pada bulan Juli Prisa mendapat kehormatan untuk berkolaborasi dengan salah satu maestro gitar Indonesia, Eet Sjahranie dalam penampilan Edane di PRJ. Bersama Edane, Prisa tampil membawakan lagu Cry Out dan Kau Manis Kau Ibliz. Selain itu ia juga dikontrak selama 2 bulan sebagai additional gitaris dan backing vocal untuk 'band sejuta copy', Sheila On 7, yang baru ditinggal salah satu gitarisnya. Bersama SO7 sempat tampil di SCTV dalam acara World Cup 2006 dan ikut dalam tour hingga ke Malaysia.

Tahun 2006 Prisa telah memutuskan untuk berhenti dari dunia pendidikan akademis dan memilih untuk terjun sebagai musisi profesional. Langkah yang diambil oleh Prisa untuk masuk ke industri musik adalah merilis album solo perdananya yang beraliran pop. Rencananya album tersebut akan dirilis setelah lebaran tahun 2007. Sebelum albumnya dirilis ia terlebih dahulu tampil sebagai 'guest musician' di album ke-2 J-Rocks sebagai vocalis dan gitaris untuk single Kau Curi Lagi. Prisa juga memiliki side project lain yang ia beri nama Morning Star. Morning Star merupakan project iseng lain Prisa diluar album solonya. Hal ini menjadi pembuktian dari Prisa kalau ia juga mahir dalam permainan gitar akustik.

Bulan Juli 2007 Prisa diendorse oleh pihak Jackson Guitars. Ia dikontrak untuk menggunakan gitar Jackson DKMG Arch Top. Sebuah gebrakan yang sangat fenomenal mengingat ia adalah gitaris Indonesia pertama yang diendorse oleh Jackson.

Akhir tahun 2007, Prisa memutuskan keluar dari DeadSquad agar bisa lebih berkonsentrasi untuk album solo perdananya.

* Data menarik seputar Prisa (2003) Additional vocal dan model video clip Seringai
* (2006 Jan) Terpilih sebagai Miss Gitaris.com
* (2006 Mar) Tampil bersama Zala di Java Jazz
* (2006 Apr) Tampil di harian Kompas 23 April 2006 dalam artikel mengenai Gitaris.com
* (2006 Mei) Talk show (Prisa + Mayzan) di GlobalTV dalam liputan mengenai Gitaris.com
* (2006 Jun) Tampil bersama Sheila On 7 di Panggung World Cup sebagai additional vocal
* (2006 Jul) Tampil bersama Edane sebagai guest gitaris di PRJ (membawakan 2 lagu)
* (2006 Jul) Tampil bersama Abdee Slank dalam sebuah klinik
* (2006 Jul) Model cover majalah Gitar Plus
* (2006 Jul - Ags) Additional gitar+vocal Sheila On 7 (Promo tour album 507) hingga ke Malaysia
* (2006 Ags) Model cover majalah HAI edisi "Sekarang Giliran Anak Metal"
* (2006 Sep) Demonstran (bersama Irvan) untuk produk kabel Analysis Plus selama 4 hari di Balai Kartini
* (2006 Nov) Tampil di majalah Trax edisi 11/2006 di column 'GirlDoYouRock'
* (2006 Des) Duet bersama Mayzan di acara gathering Gitaris.com membawakan lagu Elixir dari Marty Friedman
* (2007 Jan) Gitaris.com di O-Chanel menampilkan Prisa
* (2007 Jan) Majalah Audio Pro menampilkan profil & wawancara Prisa
* (2007 Feb) Gitaris.com di Black In News Trans 7 menampilkan Prisa
* (2007 Mar) Koran Tempo menampilkan profil Prisa.
* (2007 Ags) Tampil sebagai guest vocal + gitar J-Rocks untuk single Kau Curi Lagi
* (2007 Okt) Interview di O-Chanel
* (2007 Okt) Bintang tamu di 4 Mata (Trans 7) edisi Gitaris bersama Eet Sjahranie, Tohpati, dan Dewa Budjana
* (2007 Des) Bintang tamu di Belum Cukup Gede (Trans 7)

Abdee Negara


Nama Asli : Abdee Negara
Tempat/Tgl Lahir : Danggala, 28 Juni 1968
Gaya Permainan : Blues, Rock, (bebas)
Group Band : Slank
Pengaruh musikal : Keith Richard, Ry Cooder
Gitar Yang Digunakan : Extreme Telecaster Abdee signature, Fender Telecaster

Ia hijrah dari kota Palu ke Jakarta untuk menjadi musisi profesional. Pertama-tama ia bergabung bersama band Ecky Lamoh, Gideon Tengker, dan Henky Supit. Lantas kemudian menjadi session player untuk berbagai artis lain mulai dari Ermy Kulit sampai Trio Kwek-Kwek.

Namanya menjadi pembicaraan luas saat ia dan rekannya, Ridho didaulat sebagai gitaris baru Slank menggantikan Pay yang sudah mendarahdaging bagi para fans Slank saat itu. Awalnya, para Slankers sempat meragukan kapasitasnya sebagai salah satu pengganti Pay. Namun, kenyataannya kemudian sangat tidak sesuai dengan perkiraan awal para Slankers. Bahkan kontribusi yang diberikan oleh Abdee terhadap Slank bisa dibilang melebihi Pay. Maklum, selain sebagai gitaris, Abdee juga jago sound engineer. Abdee lah yang kini menangani pembuatan album-album Slank.

Album Tujuh yang dirilis tahun 1997 adalah debut albumnya bersama Slank. Di album itu ia menampilkan permainan yang ngeblues kepada para Slankers. Jika album-album Slank sebelumnya tidak pernah menembus angka 1 juta keping, dengan masuknya Abdee pada formasi baru Slank ini justru mampu meningkatkan penjualan album Slank. Abdee juga sering menampilkan permainan solo dengan menggunakan slide. Jika anda mendengar permainan slide didalam lagu-lagu Slank maka bisa ditebak, Abdee lah yang memainkannya.

Bersama Slank, Abdee telah merilis album Tujuh (1997), Mata Hati Reformasi (1999), 999+09 1 dan 999+09 2, kemudian Ngangkang (2000), Virus (2001), Satu satu dan Bajakan (2003).

Selain sibuk bersama Slank, Abdee juga tercatat sebagai sound engineer dan produser untuk album grup musik lainnya seperti Seurieus. Ia juga menjadi salah satu clinician di majalah G Plus bersama anggota gitaris.com, Owen. Untuk gitar, Abdee menjadi endorser dan artis untuk merk gitar Extreme. Meskipun begitu, ia tetap menginginkan model Telecaster


Eet Sjahranie

Eet Sjahranie selalu dihubungkan dengan kepiawaiannya memetik dawai gitar. Setelah Ian Antono, Eet disebut-sebut sebagai jawara gitar di tanah air. Imej itu memang layak disandangnya. Terlebih ia kini menjadi salah satu gitaris grup rock Indonesia yang cukup disegani, EdanE. Dilahirkan di Bandung, 3 Februari 1962 dengan nama Zahedi Riza Sjahranie, anak ketujuh dari kedepan bersaudara ini mulai menyenangi musik saat menginjak usia 5 atau 6 tahun. Maklum kakak-kakanya sering memutar lagu-lagu barat, seperti Deep Purple, Jimi Hendrix, Led Zeppelin, The Beatles, hingga BeeGees.

Kendati diakuinya hal itu sedikit banyak mempengaruhi kepekaan rasanya dalam bermusik, bukan gara-gara itu yang menggugah hatinya belajar gitar. "Justru yang membuat saya mendalami musik karena melihat Koes Plus. Asyik banget melihat aksi panggung Yok atau Yon Koeswoyo," ujar Eet mengenang. Awalnya ia belajar gitar dengan seorang anak yang jadi yang juru parkir di depan sekolahnya di Samarinda Kalimantan Timur, tempat keluarganya bermukim saat itu. Sehabis pulang sekolah, ia selalu mengajak sohib-sohibnya belajar gitar bersama. Sejak itu "secara alamiah saya belajar sendiri," tuturnya. Mulai dari lagu daerah, folksong, dangdut sampai lagu-lagu pop yang sedang populer saat itu ia coba untuk mencari akord-akordnya.

Di masa kecil, sesekali Eet sering diajak ayahnya, A Wahab Sjahranie yang pernah jadi Gubernur Kalimantan Timur 1967-1977, ke Jakarta, sekalian mengunjungi kakaknya yang sedang studi di Ibukota. Sang kakak kebetulan mahir bermain gitar klasik. Kesempatan itu tidak disia-siakan Eet untuk mencuri ilmunya. "Lumayan ia mengajarkan satu lagu klasik," katanya Sekembalinya, Eet menunjukan kebolehannya di hadapan teman-temannya. Merasa mendapat perhatian lebih dari kawan-kawannya, Eet kian percaya diri untuk lebih mendalami teknik permainan gitar. Lagu-lagu yang rhythm dan petikan melodinya enggak gampang, ia jelajahi. Keinginannya pun semakin menggebu ketika orangtuanya membelikan gitar elektrik. Berbeda yang ia alami saat memetik gitar akustik, dengan gitar elektrik ia mulai tahu sound-sound aneh. Refrensi musiknya sedikit demi sedikit mulai bertambah. "Orientasi saya tidak lagi dengar lagu-lagu Indonesia, tapi lagu-lagu barat. Kayaknya lebih asyik," tutur Eet.

Pada 1978, keluarga Sjahranie boyong ke Jakarta. Ia melanjutkan sekolah di Perguruan Cikini. Tahu Eet jago main gitar, teman-teman sekolahnya yang suka ngeband mengajaknya ikut Festival Band SLTA se-Jakarta. Tak disangka, Eet mendapat gelar gitaris terbaik, sedang Cikini's Band menduduki peringkat kedua. Selain itu, Eet ikut membantu pengisi musik untuk operet sekolahnya. Di situ ia bertemu Iwan Madjid, yang lalu mengenalkannya dengan Fariz RM dan Darwin. Temu punya temu, mereka sepakat membentuk grup band, namanya WOW. "Tapi belum terealisir saya sudah kadung pergi ke Amerika," ujar Eet. (WOW sendiri sempat mengeluarkan album, minus Eet). Di negeri Paman Sam, Eet mengambil Workshop Recording Sound Engineering di Chillicote, Ohio selama tiga bulan. Selama di sana, ia banyak bertemu musisi Indonesia, yang juga sedang studi musik, antara lain kawan lamanya Fariz RM dan Iwan Madjid, serta Ekie Soekarno. Pertemanan mereka berlanjut sampai di tanah air. Dalam beberapa kesempatan, Eet kerap diajak rekaman. Saat Fariz RM menggagas proyek album Barcelona, Eet mengisi sound gitarnya. Atau waktu Ekie Soekarno membuat album Kharisma I dan Kharisma II. Saat menggarap album Ekie, Eet bertemu Jockey Suryaproyogo, yang lalu mengajaknya masuk God Bless, menggantikan posisi Ian Antono. Tak hanya sebagai player, Eet juga ditawari produser rekaman untuk menggarap beberapa proyek album solo rock. Dari beberapa nama yang diajukan, Eet memilih Ecky Lamoh. Alasannya, ia sudah tertarik dengan warna vokal Ecky sejak sama-sama mengisi album Kharisma-nya Eki Soerkarno. Tapi, Eet ingin format solo album dirubah menjadi duo. Titelnya "E dan E", singkatan dari Ecky Lamoh dan Eet Sjahranie. Namun, ditengah jalan, kedua musisi ini malah membentuk grup band. Fajar S. (drum) dan Iwan Xaverius (bas) yang sejak awal ikut merancang konsep album mereka, diajak bergabung. Jadilah namanya berubah menjadi EdanE.

Bersama EdanE, Eet mencurahkan kemampuannya dalam bermain gitar. Impiannya menjadikan grup rock, yang paling tidak secara musical sama kualitasnya dengan grup-grup rock dari luar, berusaha ia wujudkan. Hasilnya, semua orang mengakui Eet terbilang berhasil mempresentasikan musik rock yang bermutu. Sayatan-sayatan gitar yang bertehnik serta eksperimen distorsi sound-nya yang njelimet, banyak membuat orang berdecak. Maka, tidak terlalu berlebihan jika ia dijuluki salah satu kampiun gitar rock di Indonesia.

Bersama EdanE, Eet telah banyak memiliki penggemar karena cara dia memainkan gitar sungguh tak dapat dipandang sebelah mata. Dalam debutnya bersama EdanE, Eet telah mengeluarkan 6 album

Dewa Budjana

Ketertarikan dan bakat Dewa Budjana pada musik – khususnya gitar – sudah sangat dominan terlihat sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar di Klungkung Bali. Saat itu yang ada dalam benak Budjana kecil mungkin udah penuh dengan bayangan gitar, gitar……..dan gitar aja. Sampe-sampe di benak doi yang masih hijau itu bayangan gitar yang selalu ada itu terimplementasi menjadi suatu rencana “kejahatan kecil”. Doi pengen banget punya gitar. Mau minta langsung ama kakek/neneknya (saat itu doi tinggal/ikut kakeknya) dioi pikir pasti nggak bakal dikasihlah. Makanya akhirnya timbul niat “jahat” tadi, yaitu nyuri uang kakeknya untuk beli gitar. Bak penjahat profesional yang mau beroperasi, segala sesuatunya sudah betul-betul matang direncanakan. Kebetulan kakek neneknya adalah pelantun kidung / kakawin. Setiap Sabtu pasangan itu selalu “live on air” di RRI Klungkung melantunkan kakawin-kakawin. Nah, ini kondisi yang ter-planning di benak sang ‘penjahat’ kecil Dewa Budjana. Seperti lazimnya rumah-rumah di Bali, dalam satu keluarga komposisi rumah selalu ada rumah induk yang dan rumah-rumah di sekelilingnya. Kakek-nenek Budjana tinggal di rumah induk yang setiap mereka berdua pergi selalu dikunci rapat. Rencana “operasi gitar perdana” (begitu ‘kali kalo diberi judul) sudah betul-betul matang. Sebelum kakek-nenek berangkat ke RRI sang ‘penjahat’ sudah menyelinap ke rumah induk dan sembunyi di bawah kolong. Begitu kakek-nenek pergi dan mengunci rumah dari luar, otomatis sang ‘penjahat’ bisa leluasa beroperasi. Operasi itu rupanya termasuk operasi kilat, nggak nyampe bilangan belasan menit Budjana sudah berhasil mengantongi sepuluh ribu rupiah dan kabur lewat jendela (dikit banget yah hasil jarahannya ; namanya juga penjahat kecil-kecilan).

  • Nama asli / lengkap : I Dewa Gede Budjana
    Tempat / tgl lahir : Waikabubak, 30 Agustus 1963
    Motto hidup : " TAT TWAM ASI "
    Musisi favorit : Keith Jarret , Jeff Beck , Jaco Pastorius
    Jenis music favorit : Traditional

Senin, 02 Maret 2009

Iwan Fals

Aku lahir tanggal 3 September 1961. Kata ibuku, ketika aku berumur bulanan, setiap kali mendengar suara adzan maghrib aku selalu menangis. Aku nggak tau kenapa sampai sekarang pun aku masih gambang menangis. Biar begini-begini, aku orangnya lembut dan gampang tersentuh. Sebagai contoh, menyaksikan berita di televisi yang memberitakan ada orang sukses lalu medapatkan penghargaan atas prestasinya, aku pun bisa menangis. Melihat seorang ibu yang menunjukkan cinta kasihnya pada anaknya, juga bisa membuat aku tersentuh dan lalu menangis

Bicara perjalanan karir musikku, dimulai ketika aku aktif ngamen di Bandung. Aku mulai ngamen ketika berumur 13 tahun. Waktu itu aku masih SMP. Aku belajar main gitar dari teman-teman nongkrongku. Kalau mereka main gitar aku suka memperhatikan. Tapi mau nanya malu. Suatu hari aku nekat memainkan gitar itu. Tapi malah senarnya putus. Aku dimarahi.

Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatanku. Kejadian itu begitu membekas dalam ingatanku.

Dulu aku pernah sekolah di Jeddah, Arab Saudi, di KBRI selama 8 bulan. Kebetulan di sana ada saudara orang tuaku yang nggak punya anak. Karena tinggal di negeri orang, aku merasakan sangat membutuhkan hiburan. Hiburan satu-satunya bagiku adalah gitar yang kubawa dari Indonesia. Saat itu ada dua lagu yang selalu aku mainkan, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya.

Waktu pulang dari Jeddah pas musim Haji. Kalau di pesawat orang-orang pada bawa air zam-zam, aku cuma menenteng gitar kesayanganku. Dalam perjalanan dalam pesawat dari Jeddah ke Indonesia, pengetahuan gitarku bertambah. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat, membuat seorang pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiriku dan meminjam gitarku. Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Soalnya suara gitarku fals. "Kok kayak gini steman-nya?" tanyanya. Waktu itu, meski sudah bisa sedikit-sedikit aku memang belum bisa nyetem gitar. Setelah membetulkan gitarku, pramugari itu lalu mengajariku memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob Dylan.

Waktu sekolah di SMP 5 Bandung aku juga punya pengalaman menarik dengan gitar. Suatu ketika, seorang guruku menanyakan apakah ada yang bisa memainkan gitar. Meski belum begitu pintar, tapi karena ada anak perempuan yang jago memainkan gitar, aku menawarkan diri. "Gengsi dong," pikirku waktu itu. Maka jadilah aku pemain gitar di vokal grup sekolahku.
Kegandrunganku pada gitar terus berlanjut. Saat itu teman-teman mainku juga suka memainkan gitar. Biasanya mereka memainkan lagu-lagu Rolling Stones. Melihat teman-temanku jago main gitar, aku jadi iri sendiri. Aku ingin main gitar seperti mereka. Daripada nggak diterima di pergaulan, sementara aku nggak bisa memainkan lagu-lagu Rolling Stones, aku nekat memainkan laguku sendiri. Biar jelek-jelek, yang penting lagu ciptaanku sendiri, pikirku.

Untuk menarik perhatian teman-temanku, aku membuat lagu-lagu yang liriknya lucu, humor, bercanda-canda, merusak lagu orang. Mulailah teman-temanku pada ketawa mendengarkan laguku.

Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar lebih banyak. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, aku datang untuk menyanyi. Dulu manajernya Engkos, yang tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, dia selalu tahu kalau ada orang yang punya hajatan.

Di SMP aku sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat. Mungkin karena aku nggak punya uang, nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatianku lebih banyak tercurah pada gitar. Sekolahku mulai nggak benar. Sering bolos, lalu pindah sekolah.

Aku merasakan gitar bisa menjawab kesepianku. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu, dapat duit dari ngamen, mulailah aku sombong. Tetapi sesungguhnya semuanya itu kulakukan untuk mencari teman, agar diterima dalam pergaulan.

Suatu ketika ada orang datang ke Bandung dari Jakarta. Waktu itu aku baru sadar kalau ternyata lagu yang kuciptakan sudah terkenal di Jakarta. Maksudku sudah banyak anak muda yang memainkan laguku itu. Malah katanya ada yang mengakui lagu ciptaanku.

Sebelum orang Jakarta yang punya kenalan produser itu datang ke Bandung, aku sebetulnya sudah pernah rekaman di Radio 8 EH. Aku bikin lagu lalu diputar di radio itu. Tapi radio itu kemudian dibredel.

Setelah kedatangan orang Jakarta itu, atas anjuran teman-temanku, aku pergi ke Jakarta. Waktu itu aku masih sekolah di SMAK BPK Bandung. Sebelum ke Jakarta aku menjual sepeda motorku untuk membuat master. Aku tidak sendirian. Aku bersama teman-teman dari Bandung: Toto Gunarto, Helmi, Bambang Bule yang tergabung dalam Amburadul.

Kami lalu rekaman. Ternyata kasetnya tidak laku. Ya, sudah, aku ngamen lagi, kadang-kadang ikut festival. Setelah dapat juara di festival musik country , aku ikut festival lagu humor. Kebetulan dapat nomor. Oleh Arwah Setiawan (almarhum) lagu-lagu humorku lalu direkam, diproduseri Handoko. Nama perusahaannya ABC Records. Aku rekaman ramai-ramai, sama Pepeng (kini pembawa acara kuis Jari-jari, jadi MC, dll), Krisna, dan Nana Krip. Tapi rekaman ini pun tak begitu sukses. Tetap minoritas. Hanya dikonsumsi kalangan tertentu saja, seperti anak-anak muda.

Akhirnya aku rekaman di Musica Studio. Sebelum ke Musica, aku sudah rekaman sekitar 4 sampai 5 album. Setelah rekaman di Musica itu, musikku mulai digarap lebih serius. Album Sarjana Muda, misalnya, musiknya ditangani Willy Soemantri.